ini adalah blog tentang tambal dan tambalers

Rabu, 27 Juni 2012

Love and Friendship (Part 3)


Kini, dari hari ke hari aku rasa Lucas dan Nanda semakin dekat. Dan satu hal lagi. Lucas menjauhiku. Yang aku lakukan hanya tersenyum seperti orang bodoh ketika berpapasan dengannya, sedangkan ia sendiri acuh dan berpura-pura tidak melihatku. Kau tahu rasanya kan? Sakit, itu sudah pasti.
                Sedangkan aku dan Nanda hanya mengobrol sesekali, kebanyakan pembicaraan kami mengarah pada Lucas. Bukan, bukan tentang kemarahan Lucas. Melainkan hubungan mereka yang semakin dekat. Aku hanya tersenyum miris setiap melihat wajah Nanda ketika menceritakan Lucas, wajahnya memerah, tersenyum mengawang-ngawang, ia benar-benar jatuh cinta.
                Pernah satu kali aku dan Lucas tak sengaja bertabrakan di koridor sekolah. Saat itu aku membawa setumpukan buku sehingga tidak melihat jalan, sedangkan ia mungkin terlalu sibuk dengan telepon genggamnya. Saat itu buku yang kubawa dan telepon genggam Lucas jatuh ke lantai, aku meminta maaf sambil menunduk dan memunguti semua buku tersebut. Yang ia lakukan hanya menatapku sesaat, mengambil telepon genggamnya, dan pergi begitu saja. Ia bahkan tidak membantuku. Saat itu aku benar-benar kesal dan marah, sehingga aku tak lagi tersenyum ketika kami berpapasan di koridor. Kami seperti dua orang yang tak saling mengenal.
               
****
                Hari ini, sepulang sekolah, aku tak langsung pulang ke rumah. Ku langkahkan kakiku ke sebuah tempat yang tak pernah terpikirkan olehku untuk pergi kesana. Aku terus melangkah hingga akhirnya aku sampai di sebuah bukit. Bukit tempat aku, Lucas dan Nanda sering menghabiskan waktu bermain kami dulu.
                Aku terduduk di hamparan rumput, ketika aku mendongkakan kepalaku menatap langit, gerimis menyapaku, semakin lama semakin deras, sehingga menjadi sebuah hujan. Aku tak lantas pergi. Hanya terdiam disana sambil menangis. Menururtku menangis ketika hujan lebih baik daripada menangis malam-malam di kamar mandi rumahmu, orang-orang akan mengira bahwa kau adalah hantu.
                Pikiranku melayang-layang entah kemana, tapi semuanya berujung pada seseorang, yaitu Lucas. Aku tidak tahu mengapa, tapi aku merindukannya. Seperti merasa bahagia dan terluka disaat yang sama ketika aku bersamanya. Bahagia karena aku dapat melihat senyumnya, dan terluka karena aku tahu aku tak bisa memilikinya, Nanda menyukainya- ralat menvintainya-. Dan mungkin Lucas juga mempunyai rasa yang sama. Tiba-tiba aku merasa tak rela. Entah mengapa, tapi rasanya kesepian bila mereka pergi. Rasanya aku terluka bila mereka bersama.
                Aku terdiam, hujan masih turun dengan derasnya, tapi aku tak merasakan butiran air yang menyentuh kepalaku. Aku mendongkakan kepalaku dan melihat sebuah benda berwarna merah menaungiku. Itu sebuah payung. Seseorang memegangi payung itu, melindungi tubuhku dan tubuhnya yang sedikit basah.
                Aku hanya terdiam, lalu kembali memandangi kota Bandung yang tengah diguyur hujan. Dan kemudian Lucas duduk disampingku, sebelah tangannya masih memegangi payung yang melindungi tubuh kami dari hujan. Aku menghela nafas kemudian menyandarkan kepalaku di bahunya.
                Ia melepaskan pegangannya pada payung berwarna merah tersebut, awalnya aku kira dia marah. Tapi kemudian tangannya merengkuh bahuku, menariku kedalam pelukannya. Hujan membasahi tubuh kami berdua, tapi aku tak merasa kedinginan, sebaliknya. Aku merasa hangat. Terlalu hangat.
                “Maaf.” Ucapku disela-sela suara air yang jatuh kebumi, suaraku hampir seperti bisikan tapiaku yakin, ia dapat mendengarnya. “Aku, aku kangen sama kamu.” Ucapku lagi. Ia hanya diam, sama sekali belum mengatakan sepatah katapun.
                “Kenapa de?” tanyanya kemudian. Aku menghela nafas untuk kedua kalinya. “Aku.. Aku.. Nanda, dia suka sama kamu.” Ucapku akhirnya. Dalam hati yang terdalam aku sungguh meminta maaf kepada Nanda karena memberitahukan hal ini kepada Lucas.
                “Terus apa masalahnya?” tanyanya lagi. Aku terdiam. Sungguh, ini adalah pertanyaan yang selama ini aku hindari. Jadi aku hanya terdiam, tak tahu harus menjawab apa.
                “Jawab de.” Lucas akhirnya bersuara kembali setelah aku terdiam lama sekali. “Masalahnya… aku juga suka sama kamu.” Ucapku lirih, dapat aku rasakan, tubuhnya membeku, tangannya yang memegang bahuku terasa kaku. Aku menahan nafas, menunggu reaksinya. Mungkin ia akan pergi, atau jelas-jelas menolaku, dan mengatakan bahwa ia menyukai Nanda. Sebenarnya, aku sudah mempersiapkan mentalku untuk mendengar jawaban itu.
                “Tapi, aku sukanya sama kamu de.” Ucapan Lucas membuatku seperti tertimpa durian runtuh, sakit tapi enak (?). Aku menoleh padanya, menatap langsung kedua bola matanya. “kamu bilang apa?” tanyaku. “Aku suka sama kamu dea.” Ia mengulangi ucapannya. “Kamu ga bohongkan lu?” tanyaku mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa ini bukan jebakan april mop, dan sejenisnya.
                “Aku ga bohong de.” Jawabnya meyakinkanku. Ia semakin mengeratkan pelukannya, dan kemudian senyum terlukis diwajahku. Aku senang, sangat senang sekali. Tapi kemudian rasa bersalah menerpaku, membuatku tiba-tiba ketakutan.
                “Tapi, gimana sama Nanda Lu?” tanyaku akhirnya. “Aku yakin Nanda bisa ngerti, dia temen kita yang paling baik, dan sebenernya dia yang nyuruh aku pergi kesini. Jadi dia pasti udah ngerelain aku de.” Jawaban Lucas membuatku lebih tenang, sangat tenang malah.
                Nanda, adalah sahabat terbaik yang kupunya setelah Lucas. Aku menyayanginya, ia sangat mengerti aku. Jadi aku doakan, semoga ia dapat menemukan seseorang yang lebih baik dari Lucas.
                Aku tersenyum ketika melantunkan doa tersebut, Lucas menatapku keheranan. Tapi kemudian ia balas tersenyum dan mengecup keningku. Setelah itu kami pulang karena aku yang bersin karena kedinginan.
                Hari ini, hari yang menyenangkan, dimana akhirnya aku mengetahui bahwa disetiap persahabatan, pasti ada sebuah cinta yang ikut tumbuh bersamanya. Kamu memang akan merasakan sakit, tapi itu akan membuatmu lebih merasa hidup, percayalah, karena aku sudah mengalaminya.

FIN

The Girl with the Dragon Tattoo

    Setelah 3 bulan, akhirnya baru kemarin novel ini selesai di baca. (mengucap syukur).
    Well, novel ini adalah novel yang di tulis oleh Stieg Larsson yang kemudian meninggal tak lama setelah mengirikan ketiga naskahnya yang merupakan sebuah trilogi.
    Menurut saya, novel ini sangat cocok bagi pecinta novel bertemakan detektif atau crime, yah sejenis itu lah.
    Novel ini bercerita tentang Mikael Blomkvist yang ditugaskan oleh Henrik Vanger untuk menyelidiki tragedi menghilangnya cucu kesayangannya yaitu Harriet Vanger yang belum terungkap sejak (kurang lebih) 40 tahun yang lalu.
    Blomkvist awalnya kesulitan menemukan petunjuk, karena mungkin ia terlalu terpaku pada laporan yang di buat oleh polisi pendahulu yang telah menyelidiki kasus tersebut.
    Namun kemudian petunjuk datang bagaikan sebuah ilham dari sebuah album tentang hari dimana Harriet menghilang, dan petunjuk demi petunjuk ditemukan. Sayangnya, ia mengalami kesulitan dalam mencari dan menghubungan semua data yang ada. Hingga pengacara Henrik memberi Blomkvist rujukan untuk menerima bantuan dari Lisbeth Salander-seorang anti sosial yang sering di anggap terbelakang mental oleh masyarakat namun juga merupakan haker yang hebat dan seseorang yang memiliki ingatan fotografis-.
    Bersama-sama keduanya mulai menyelidiki kasus hilangnya Harriet Vanger. Dan dari sebuah petunjuk yang ia temukan di injil Harriet, ia  mulai mengungkapkan kasus yang menyimpan misteri paling gelap dari keluarga Vanger yang membuat ia hampir kehilangan nyawanya.
    Novel ini juga menceritakan tentang kekerasan yang banyak dialami oleh perempuan-perempuan di Swedia. Dimana kebanyakan dari mereka memilih untuk tidak melaporkan kekerasan yang dialaminya ke polisi.
    Well, karena novel ini adalah novel pertama dari tiga seri yang bertemakan sama, maka belum ada akhir dari kisah Blomkvist dan Salander.

Bangkok Traffic Love Story

    Kemarin baru aja nonton film thailand berjudul 'Bangkok Traffic Love Story'. Film yang bertema romance juga komedi ini memang film yang pas buat obat galau (acieee masih zaman aja nih galau). Tapi intinya film ini rame (kasih empat jempol)
    Film ini bercerita tentang Mei Li, gadis berusia 30 tahun yang belum juga menikah. padahal teman-teman sekitarnya sudah menikah. Dan takdir mempertemukannya dengan Loong ketika ia mabuk di hari vaentine yang merupakan hari pernikahan sahabatnya.
    Takdir kembali mempertemukannya dengan Loong, ketika dia tidak sengaja bertemu dengan Loong disebuah kereta. Dan kemudian Mei Li pun berusaha mendapatkan cinta Loong meski banyak sekali hambatannya, mulai dari tetangganya yang lebih dahulu mendapatkan nomor telepon Loong, dan terakhir ia harus kehilangan Loong karena Loong akan pergi ke luar negeri.
    Tapi cerita ini tidak berakhir sedih, justru akhirnya bahagia. setelah 2 tahun kemudian Loong kembali dan bertemu lagi dengan Mei Li di sebuah kereta.
    Jujur, akhir cerita ini so sweet bangeeeet. Juga ada sedihnya waktu Loong mau pergi ke luar negeri dan ngasih Mei Li barang-barang punya Loong yang pernah dirusak Mei Li. (kayaknya si Mei Li termasuk tipe orang perusak, abisnya banyak banget yang udah dirusakin, hihi)

Sabtu, 23 Juni 2012

Love and Friendship (Part 2)

    Aku duduk di sebuah bangku di atap sekolah, saat ini adalah jam pulang sekolah. tapi rasanya hari ini aku malas sekali pulang ke rumah. Disebelahku Lucas berbaring menatap langit sambil mendengarkan musik lewat ipod yang dia bawa. Sedangkan Nanda, ia sedang mengikuti sebuah club pecinta mata pelajaran. Sungguh tipe murid teladan.
    Aku menghela nafas, kemudian ikut membaringkan tubuh disebelah Lucas, ia menyodorkan salah satu earphonenya ke padaku. Aku menerimanya dengan senang hati. Ipod Lucas memainkan sebuah lagu beat yang kebetulan aku sukai. Aku mulai bernyanyi, mengikuti lagu yang sedang berputar. Disebelahku, Lucas juga mulai bernyanyi. Awalnya kami hanya bernyanyi bersama, lalu lama-kelamaan, kami ikut berteriak ketika penyanyi yang menyanyikan lagu itu berteriak. Dan akhirnya kami tertawa bersama.
    Diantara persahabatan kami bertiga, Lucas memang lebih dekat denganku. Dia selalu terbuka dan menceritakan masalahnya kepadaku. Mungkin karena aku cuek dan memang selalu terbuka di hadapannya, berbeda dengan Nanda yang semakin menginjak remaja, dia semakin tertutup. Nanda umumnya seperti remaja lain, ia seringkali mementingkan penampilannya, tapi tak hanya itu. Well, dia lebih pintar dari aku.
    Nanda seringkali hanya menceritakan masalahnya denganku, tanpa ada Lucas. Dan Lucas berlaku hal yang sama. Seringkali aku keheranan dengan tingkah mereka yang satu ini. Kami bersahabat kan? Bahkan dulu, mereka sempat berkata bahwa kita akan bertiga selamanya. Walaupun aku tak pernah percaya kata itu. Karena, bukankah di kehidupan nyata ini, kata 'selamanya' tidak pernah berlaku?
  
****

    Saat ini aku sedang diam di kamar Nanda, tadi sepulang sekolah, dia tiba-tiba saja menarikku dan memaksaku untuk pulang ke rumahnya. Alasannya 'karena ada yang ingin dibicarakan.' ucapnya singkat.
    Aku terduduk di kasur Nanda. Sedangkan ia sendiri malah terdiam menatap langit-langit kamarnya, seperti berfikir untuk mengungkapkan atau tidak. Lama sekali ia begitu, dan aku hanya menatapnya sebelum kesabaranku habis. Akhirnya aku bertanya padanya. "Kamu mau ngomongin apa sih Nan?" Dia terlonjak kaget. Lebay, batinku. "Em, anu De. Aku, eh AkusukasamaLucas de." ucapannya yang terakhir nyaris dikatakan tanpa jarak. Ia mengatakannya sangat cepat. "Kamu suka sama Lucas?" ulangku memastikan, entah kenapa, ada sebagian kecil dari diriku yang tak ingin hal itu terjadi. Aku  tak mau Nanda menyukai Lucas. Aku kesal dan .... marah?. Dan anggukan Nanda membuatku benar-benar merasa sesak. Rasanya sangat kesal. Inginku guncangkan bahu Nanda sambil berkata bahwa .............aku juga menyukai Lucas.

****

    Lucas memanggil-manggil namaku. Aku mendengarnya, tapi pura-pura tidak mendengar. Aku terus melanjutkan langkahku, tapi langkahku terhenti ketika sebuah tangan menarik tanganku hingga menyebabkan tubuhku berputar kebelakang. Lalu kulihat Lucas. Dia tersenyum sambil bergumam 'sorry'. Aku hanya diam tidak membalas senyumnya. "De, anterin ke BIP dong ntar pulang sekolah. Aku tlaktir deh nanti." Ingin sekali aku mengatakan 'ya' untuk ajakannya, tapi sekilas kulihat Nanda menatap kami dari ujung koridor, dan aku pun tersenyum. "Sorry Lu, aku gabisa kalo hari ini, kamu sama Nanda aja ya." ucapku sambil terus berlalu. Tak menghiraukan perkataannya lagi. Aku menghela nafas. Ada perasaan tak rela ketika mengatakannya tadi. Tapi kubulatkan tekadku lagi, aku harus rela, Nanda menyukai Lucas. Dan suatu saat mereka akan bersama. Jadi aku harus merelakannya. Karena kami tak bisa selamanya bertiga. Bukankah sudah kubilang, kata 'selamanya' tak berlaku di dunia nyata.
    Akhir-akhir ini aku semakin sering menolak ajakan Lucas dan melimpahkan semuanya pada Nanda, aku juga sering mangkir dari janjian yang kami buat. Dan kulihat Nanda semakin dekat dengan Lucas. Aku tersenyum didepan kaca ketika membayangkan hal tersebut, namun yang kulihat dari pantulan bayanganku dicermin, bukan senyum tulus yang penuh kebehagian yang terlukis di wajahku. Namun senyum sayu, seperti penuh air mata.
    Ketika berbalik, kulihat Lucas sedang menatapku. Aku balas menatapnya sambil tersenyum tulus-sebenarnya aku mencoba tersenyum tulus- tapi ia tak membalas senyumku. Ia hanya menatapku tajam. "Aku mau bicara De." ucapnya sambil menariku ke atap sekolah. Aku hanya pasrah ditarik-tarik begitu olehnya.
    Kami sampai di atap sekolah, aku langsung menghampiri salah satu bangku yang berada disana dan mendudukinya. Lucas menyusul, dan duduk disebelahku. "Mau ngomong apa?" tanyaku pura-pura tak tahu. "Kamu kenapa De?" tanya Lucas, membuatku bingung dibuatnya. "Aku? Aku ga kenapa-napa kok." jawabku keheranan. "Kamu kenapa ngejauh dari aku, dari Nanda, dari kita?" Ada perasaan tak senang ketika Lucas menyebutkan dia dan Nanda sebagai 'kita'. "Aku....aku.." ucapanku terbata. Sungguh, saat ini aku tak tahu harus menjawab apa. "Kalo kamu emang ga mau sahabatan lagi sama aku, Oke fine De, kita sampe sini aja." Lucas memotong ucapanku, dari intonasinya, aku tahu ia marah. Ia lalu berbalik pergi meninggalkanku sendirian di atap. Aku menatap dengan nanar kepergiannya, tapi aku hanya diam. Tidak mencoba mengejarnya. Ketika akhirnya ia benar-benar pergi, aku terdiam, mencoba menikmati udara senja yang berbeda. Dan ketika aku mengadah menatap langit, bulir-bulir air menerpa wajahku. Hujan menemaniku melepas kepergiannya. Sungguh dramatis bukan?

Love and Friendship (part 1)

    Aku terdiam disebuah bangku taman, disebelahku terlihat sahabatku Nanda sedang memainkan handphonenya. Kami berdua kebosanan, sungguh. saat ini sudah hampir satu jam kami menunggu Lucas-sahabat kami berdua- di taman ini. Kemarin ia berjanji akan mengajak kami ke sebuah tempat yang istimewa. Awalnya aku menolak, namun rengekan Nanda memaksaku untuk ikut.
    Lucas, satu-satunya laki-laki di lingkarang prsahabatan kami bertiga, dia yang selama ini selalu melindungi kami dari teman laki-laki kami yang iseng. Aku sendiri menganggapnya sebagai kakak, teman, dan adik dalam berbagai waktu. Lucas, dia termasuk orang yang populer di sekolah kami. Gayanya yang acuh dan terkesan seenaknya membuat orang lain menganggapnya keren, dan wajahnya yang memang di atas rata-rata menambah nilai plus untuk daya tarik Lucas. Aku akui, Lucas memang tipe pria yang bisa membuat orang lain mudah jatuh cinta, kecuali aku. Dalam 6 tahun kebersamaan kami sebagai sahabat, tak pernah sekalipun aku menganggap dia seseorang yang patut ku pertimbangkan untuk menjadi seorang kekasih atau sejenisnya. Aku hanya menganggapnya sebagai seorang sahabat dekat, tak lebih. Setidaknya, itu yang saat ini aku yakini.
    Nanda menoleh ke arahku, lalu menunjuk ke depan dengan dagunya. Aku mengarahkan pandanganku ke arah depan, disana terlihat Lucas tengah berjalan-sebenarnya sih setengah berlari- ke arah kami. Begitu sampai di depan kami, dia tersenyum tanpa dosa. Menyebalkan sekali. Baru saja akan ku ceramahi si pangeran jam karet ini, Nanda sudah mendahuluiku terlebih dulu.
"Ayo kita pergi, hari sudah semakin sore. Aku ga mau terlambat pulang." Ujarnya. Lucas hanya memberikan cengirnnya kepadaku yang sedari tadi memelototinya.
"Terus saja bela." rutukku kesal, pasalnya ini sudah ke seribu kali Lucas terlambat dari janji yang di tentukannya. dan sudah ke seribu kali pula Nanda membelanya, sebagai sahabat dan seorang perempuan, aku mempunyai insting bahwa, ada sesuatu antara Nanda dan Lucas.
    Tanpa memedulikan ucapanku mereka berdua berjalan mendahuluiku, Lucas berjalan di paling depan, Nanda dibelakangnya, dan aku tertinggal amat jauh dari mereka. Sebenarnya aku tahu kemana Lucas akan mengajak kami pergi sore ini, kupikir Nanda juga pasti tahu. Jadi aku berjalan santai saja, toh kalaupun ketinggalan, aku tahu jalan.
"Dea!! Makin hati kamu makin mirip nenekku, jalannya lambat!" Lucas berteriak padaku dari atas sana. Aku memutar bola mataku, kesal. Aku tak menghiraukannya, dan Lucas semakin menjadi, dia terus-menerus meneriakiku, berceloteh tentang aib-aibku selama ini. Aku berusaha menahan kesal dengan berpura-pura tidak mendengar semua ucapannya.
"Dan Dea itu gendut, jelek, pendek. Oh, dia juga pernah muntah di seragam anak laki-laki yang ia sukai ketika sd." Cukup. Aku tidak tahan lagi, rasanya ingin aku pukuli si prince charming di sekolahku ini.
"Hiyaaaaaaattttt!!!." aku berlari ke arahnya sambil melayangkan pukulan demi pukulan yang sayangnya dapat ia hindari begitu saja. Dibelakang kudengar Nanda terkikik sambil mempercepat langkahnya menyusul kami.
    Akhirnya kami sampai di tujuan, sebuah bukit hijau yang menyuguhkan pemandangan kota Bandung dibawa sana. Indah. Satu kata yang selalu aku gumamkan setiap menatap tempat ini. Apalagi ini senja, dimana langit selalu melukiskan gradasi-gradasi warna yang selalu kusukai.
    Aku menghempaskan diriku di atas rumput, menjadikannya alas tempatku duduk. Lucas langsung mengambil tempat disebelahku, ia membaringkan tubuhnya di atas hamparan rumput yang hijau. Aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum memandangku. Dan aku membalasnya dengan sebuah senyuman lagi.
    Tak lama, Nanda sampai, di tangannya ia menggenggam sebuah handphone yang terus-menerus ia mainkan. "Nan, cepet sini duduk, jangan main hp aja dong." Ajaku sambil menepuk-nepuk rumput disebelahku, mengisyaratkannya untuk duduk disitu. Nanda menurut.
    Sekarang, kami bertiga memandang langit, menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajah kami, menikmati indahnya pemandangan kota yang terlihat seperti sebuah lukisan kehidupan. menikmati senja. Dan entah keberapa kali, aku menikmati indahnya sunset bersama mereka.

The Tambal Band

The Tambal Band adalah sebuah band (mungkin) yang terdiri atas 6 orang, yaitu Gina (@ginamaulani) sebagai vokal, Refah El (@refahrey) sebagai leader, Prizki (@prizkideanne) sebagai produser(?), Risa (@risaaprilia) sebagai manager, Syifa (@syifa_p_f) sebagai ketua fans club, dan terakhir Nufus Alima sebagai model.
The Tambal Band terbentuk pada 16 maret 2010, sebenarnya band ini tidak jelas kapan tepatnya terbentuk, namun pada 16 maret, band kami dapat merilis sebuah lagu berjudul 'cuabal ea'.
pada zamannya lagu ini sangat populer di kelas kami(?).
The Tambal Band juga sudah menciptakan 2 buah vidio yang berjudul i heart you (diambil dr judul lagu yang di nyanyikan oleh boyband smash) dan all in one (vidio yang terdiri dari beberapa buah lagu).
Fans dari band ini bernama Tambalers, yang terdiri atas teman-teman yang memang kami paksa untuk menjadi fans kami.
Baru saja 16 maret kemarin kami merayakan hari jadi 1 tahun band ini, walau tidak dapat dihadiri oleh semua anggota, namun acara yang berlangsung cukup menyenangkan.
sekian perkenlan tentang The Tambal Band. see you :)